· Jenjang Sosial
1. Jenjang
sosial merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan dari kehidupan
masyarakat di
kota maupun di desa. Hal ini di karenakan setiap manusia memiliki
keinginan
untuk dihargai maupun di hormati lebih dari manusia manapun, sehingga
akan
terbentuk jenjang sosial yang akan mengakibatkan adanya pembedaan sosial
di
dalam masyarakat.
2. Jenjang
sosial selalu menjadi masalah sebuah negara, baik negara maju maupun
bagi
negara yang sedang berkembang. Masalah jenjang sosial sampai saat ini
belum
mendapatkan jalan keluar, mengingat masih banyak pengangguran dan juga
penghasilan
masyarakat yang belum mampu menutupi kebutuhannya sehari-hari. Karena
itu,
pemerintah mengharapkan adanya kerjasama dengan berbagai kegiatan
sosial, agar
jenjang sosial ini dapat diminimalisir.
· Pengertian Jenjang Sosial
Jenjang sosial adalah kondisi dimana
seseorang berada pada posisi yang mencerminkan status sosialnya di
masyarakat
yang memiliki tingkatan-tingkatan berdasarkan kelas sosial di masyarakat
yang
sedang di raihnya. Sehingga jenjang sosial akan senantiasa berubah
seiring
dengan pencapaian dan keberhasilan seseorang dalam merubah kelas
sosialnya.
Contoh: Seorang anak yang kurang mampu dari desa setelah lulus sekolah
kemudian
ia bekerja di jakarta, di jakarta ia sukses sehingga ia telah
meningkatkan
kelas sosialnya setelah kembali kekampung halamannya.
· Faktor Penentu Kelas Sosial
Kelas sosial atau golongan sosial
merujuk kepada perbedaan hierarkis (atau stratifikasi) antara insan atau
kelompok manusia dalam masyarakat atau budaya. Biasanya kebanyakan
masyarakat
memiliki golongan sosial, namun tidak semua masyarakat memiliki
jenis-jenis
kategori kedalam golongan sosial yang sama.
Berdasarkan karakteristik stratifikasi
sosial, dapat kita temukan beberapa pembagian kelas atau golongan dalam
masyarakat. Beberapa masyarakat tradisional pemburu-pengumpul, tidak
memiliki
golongan sosial dan seringkali tidak memiliki pemimpin tetap pula. Oleh
karena
itu masyarakat seperti ini menghindari stratifikasi sosial. Dalam
masyarakat
seperti ini, semua orang biasanya mengerjakan aktivitas yang sama dan
tidak ada
pembagian pekerjaan.
Beberapa indikator lain yang berpengaruh
terhadap pembentukan kelas sosial, yaitu:
1. Kekayaan
Untuk memahami peran uang dalam
menentukan strata sosial/kelas sosial, kita harus menyadari bahwa pada
dasamya
kelas sosial merupakan suatu cara hidup. Artinya bahwa pada kelas-kelas
sosial
tertentu, memiliki cara hidup atau pola hidup tertentu pula, dan untuk
menopang
cara hidup tersebut diperlukan biaya dalam hal ini uang memiliki peran
untuk
menopang cara hidup kelas sosial tertentu.
Sebagai contoh: dalam kelas sosial atas
tentunya diperlukan banyak sekali uang untuk dapat hidup menurut tata
cara
kelas sosial tersebut. Namun demikian, jumlah uang sebanyak apa pun
tidak
menjamin segera mendapatkan status kelas sosial atas. "Orang Kaya
Baru" (OKB) mungkin mempunyai banyak uang, tetapi mereka tidak otomatis
memiliki atau mencerminkan cara hidup orang kelas sosial atas. OKB yang
tidak
dilahirkan dan disosiaiisasikan dalam sub-kultur kelas sosial atas, maka
dapat
dipastikan bahwa sekali-sekali ia akan melakukan kekeliruan, dan
kekeliruan itu
akan menyingkap sikap kemampuannya yang asli. Untuk memasuki suatu
status baru,
maka dituntut untuk memiliki sikap, perasaan, dan reaksi yang merupakan
kebiasaan orang status yang akan dituju, dan hal ini diperlukan waktu
yang
tidak singkat.
Uang juga memiliki makna halus lainnya.
Penghasilan yang diperoleh dari pekerjaan profesional lebih memiliki
prestise
daripada penghasilan yang berujud upah dari pekerjaan kasar. Uang yang
diperoleh dari pekerjaan halal lebih memiliki prestise daripada uang
hasil
perjudian atau korupsi. Dengan demikian, sumber dan jenis penghasilan
seseorang
memberi gambaran tentang latar belakang keluarga dan kemungkinan cara
hidupnya.
Jadi, uang memang merupakan determinan
kelas sosial yang penting; hal tersebut sebagian disebabkan oleh
perannya dalam
memberikan gambaran tentang latar belakang keluarga dan cara hidup
seseorang.
2. Pekerjaan
Dengan semakin beragamnya pekerjaan yang
terspesialisasi kedalam jenis-jenis pekerjaan tertentu, kita secara
sadar atau
tidak bahwa beberapa jenis pekerjaan tertentu lebih terhormat daripada
jenis
pekerjaan lainnya. Hal ini dapat kita lihat pada masyarakat Cina klasik,
dimana
mereka lebih menghormati ilmuwan dan memandang rendah serdadu; Sedangkan
orang-orang Nazi Jerman bersikap sebaliknya.
Mengapa suatu jenis pekerjaan harus
memiliki prestise yang lebih tinggi daripada jenis pekerjaan lainnya.
Hal ini
merupakan masalah yang sudah lama menarik perhatian para ahli ilmu
sosial.
Jenis-jenis pekerjaan yang berprestise tinggi pada umumnya memberi
penghasilan
yang lebih tinggi; meskipun demikian terdapat banyak pengecualian (?).
Jenis-jenis pekerjaan yang berprestise tinggi pada umumnya memerlukan
pendidikan tinggi, meskipun korelasinya masih jauh dari sempuma.
Demikian
halnya pentingnya peran suatu jenis pekerjaan bukanlah kriteria yang
memuaskan
sebagai faktor determinan strata sosial, Karena bagaimana mungkin kita
bisa
mengatakan bahwa pekerjaan seorang petani atau polisi kurang berharga
bagi
masyarakat daripada pekerjaan seorang penasihat hukum atau ahli ekonomi ?
Sebenarnya, pemungut sampah yang jenjang prestisenya rendah itulah yang
mungkin
merupakan pekerja yang memiliki peran penting dari semua pekerja dalam
peradaban kota! Pekerjaan merupakan aspek strata sosial yang penting,
karena
begitu banyak segi kehidupan lainnya yang berkaitan dengan pekerjaan.
Apabila
kita mengetahui jenis pekerjaan seseorang, maka kita bisa menduga tinggi
rendahnya pendidikan, standar hidup, pertemanannya, jam kerja, dan
kebiasaan
sehari-hari keluarga orang tersebut. Kita bahkan bisa menduga selera
bacaan,
selera rekreasi, standar moral, dan bahkan orientasi keagamaannya.
Dengan kata
lain, setiap jenis pekerjaan merupakan bagian dari cara hidup yang
sangat
berbeda dengan jenis pekerjaan lainnya.
Keseluruhan cara hidup seseoranglah yang
pada akhimya menentukan pada strata sosial mana orang itu digolongkan.
Pekerjaan merupakan salah satu indikator terbaik untuk mengetahui cara
hidup
seseorang. Oleh karena itu, pekerjaan-pun merupakan indikator terbaik
untuk
mengetahui strata sosial seseorang.
3. Pendidikan
Kelas sosial dan pendidikan saling
mempengaruhi sekurang-kurangnya dalam dua hal. Pertama, pendidikan yang
tinggi
memerlukan uang dan motivasi. Kedua, jenis dan tinggi rendahnya
pendidikan
mempengaruhi jenjang kelas sosia. Pendidikan tidak hanya sekedar
memberikan
ketrampilan kerja, tetapi juga melahirkan perubahan mental, selera,
minat,
tujuan, etiket, cara berbicara - perubahan dalam keseluruhan cara hidup
seseorang.
Dalam beberapa hal, pendidikan malah
lebih penting daripada pekerjaan. De Fronzo (1973) menemukan bahwa dalam
segi
sikap pribadi dan perilaku sosial para pekerja kasar sangat berbeda
dengan para
karyawan kantor. Namun demikian, perbedaan itu sebagian besar tidak
tampak
bilamana tingkat pendidikan mereka sebanding.
· Pengukuran Kelas Sosial
Pendekatan yang sistematis untuk
mengukur kelas sosial tercakup dalam berbagai kategori yang luas,
meliputi
ukuran subyektif, ukuran reputasi, ukuran obyektif dari kelas sosial.
1. Ukuran
Subyektif
Untuk mengukur kelas sosial dengan
pendekatan ini, para individu diminta untuk menaksir kedudukan kelas
sosial
mereka masing-masing. Klasifikasi keanggotaan kelas sosial yang
dihasilkan
didasarkan pada persepsi partisipan terhadap dirinya atau citra diri
partisipan. Kelas sosial dianggap sebagai fenomena “pribadi” yaitu
fenomena
yang menggambarkan rasa memiliki seseorang atau identifikasi dengan
orang lain.
Rasa keanggotaan kelompok sosial ini sering disebut kesadaran sosial.
2. Ukuran
Reputasi
Pendekatan reputasi untuk mengukur kelas
sosial memerlukan informan mengenai masyarakat yang dipilih untuk
membuat
pertimbangan awal mengenai keanggotaan kelas sosial orang lain dalam
masyarakat.
3. Ukuran Obyektif
Ukuran obyektif terdiri dari berbagai
variabel demografis atau sosioekonomis yang dipilih mengenai individu
yang
sedang dipelajari. Ukuran obyektif kelas sosial terbagi menjadi dua
kategori
pokok yaitu indeks variabel tunggal dan indeks variabel gabungan.
Indeks Variabel Tunggal
Indeks variabel tunggal hanya
menggunakan satu variabel sosial ekonomi untuk menilai keanggotaan kelas
sosial. Beberapa variabel digunakan untuk tujuan sebagai berikut:
a. Pekerjaan,
merupakan ukuran sosial yang diterima secara luas dan mungkin merupakan
ukuran
kelas sosial terbaik yang dapat didokumentasikan karena menggambarkan
status
yang berhubungan dengan pekerjaan.
b. Pendidikan,
tingkat pendidikan formal seseorang merupakan perkiraan lain bagi
kedudukan
kelas sosial yang umum diterima. Semakin tinggi pendidikan seseorang
maka
semakin besar kemungkinan orang tersebut memiliki penghasilan yang
tinggi dan
juga kedudukan yang dikagumi atau dihormati.
c. Penghasilan,
yaitu perorangan atau keluarga merupakan variabel sosial ekonomi lain
yang
sering digunakan untuk memperkirakan kedudukan kelas sosial.
d. Variabel
Lain, yang digunakan sebagai sebuah indeks kelas sosial adalah barang
yang
dimiliki. Skema yang paling terkenal dan merupakan alat penilai yang
paling
rumit untuk mengevaluasi barang yang dimiliki adalah skala status sosial
chapin.
Indeks Variabel Gabungan
Indeks gabungan secara sistematis
menggabungkan sejumlah faktor sosial ekonomi untuk membentuk satu ukuran
kedudukan kelas sosial yang menyeluruh. Indeks ini sangat menarik untuk
diteliti karena dapat menggambarkan dengan lebih baik, kompleknya kelas
sosial
dibandingkan indeks variabel tunggal.
Dua indeks gabungan yang paling penting
adalah:
a. Indeks
karakteristik status, ukuran gabungan kelas sosial yang klasik adalah
Warner’s
Index of Status Characteristics (ISC). ISC merupakan ukuran tertimbang
dari
berbagai variabel sosial ekonomi pekerjaan, penghasilan (jumlah
penghasilan),
model rumah dan daerah tempat tinggal (kualitas lingkungan).
b. Skor
status sosial ekonomi, sosioekonomic Status Score (SES) menggabungkan
tiga
variabel pekerjaan, penghasilan keluarga dan tingkat pendidikan. SES ini
dikembangkan oleh United States Bureau of The Census.
· Apakah Kelas Sosial Berubah?
Kelas sosial yang dimiliki oleh
seseorang merupakan hasil kerja keras, dengan kerja keras tentu kelas
sosial
akan meningat, namun untuk mempertahankannya pun butuh perjuangan, bila
tidak,
maka kelas sosial yang sebelumnya dimiliki, akan mengalami penurunan.
Kelas
sosial senantiasa akan berubah seiring dengan prestasi seseorang
dimasyarakat,
untuk itu agar kelas sosial seseorang selalu terjaga, maka ia perlu
menjaganya
dengan usaha yang keras.
· Pemasaran pada Segmen Pasar
Berdasarkan Kelas Sosial
Untuk mencapai hasil pemasaran yang
optimal, kita pertama kali harus terlebih dahulu melakukan segmentasi
pasar
atas produk yang akan kita jual. Segmentasi pasar pada intinya membagi
potensi
pasar menjadi bagian-bagian tertentu; bisa berdasar pembagian
demografis, berdasar
kelas ekonomi dan pendidikan ataupun juga berdasar gaya hidup
(psikografis).
Pembagian segmen yang paling lazim
dilakukan adalah berdasar kelas sosial ekonomi. Sebagai misal, pembagian
yang
sering dilakukan adalah membagi lapisan pasar menjadi empat kelas :
misal kelas
C (kelas ekonomi rendah), kelas B (menengah), dan kelas AB (menengah
atas) dan
kelas A (golongan atas).
Sebagai misal, produk kartu ponsel Esia
yang murah meriah cenderung ditujukan untuk golongan B dan golongan C.
Sementara produk mobil mewah seperti BMW atau produk tas Gucci ditujukan
untuk
segmen kelas atas.
Setelah segmentasi atas produk telah
ditetapkan, maka langkah berikutnya adalah melakukan targeting atau
membidik
target market yang telah kita pilih dalam analisa segmentasi pasar.
Dalam hal
ini tentu saja serangkaian program pemasaran yang dilakukan harus pas
dengan
karakteristik pasar sasaran yang hendak kita tuju. Sebagai misal
produk-produk
tas dan sepatu mewah seperti dengan merk Gucci atau Louis Vuitton, maka
mereka
selalu memilih mal kelas atas seperti Plaza Senayan dan Pacific Place
untuk
membuka outletnya; dan bukan di mal kelas menengah seperti Plaza
Jatinegara.
Hal diatas dilakukan agar kegiatan promosi peasaran yang dilakukan pas
dan
tepat sasaran dengan segmen pasar yang ditujunya.
Selain targeting, maka langkah
berikutnya adalah melakukan positioning produk. Langkah ini artinya
adalah
menciptpakan keunikan posisi produk dalam benak atau persepsi pelanggan
potensial yang akan dibidik. Mobil mewah BMW selalu mencitrakan dan
memposisikan dirinya sebagai kendaraan mewah nan elegan. Pada sisi lain
Esia
selalu mencoba memposisikan dirinya sebegai produk rakyat kebanyakan
yang murah
dan tersedia dimana-mana.
Positioning yang pas ini menjadi sangat
penting, sebab dengan begitu mereka bisa meraih simpati dalam benak
pelanggan.
Dan selanjutnya hal ini bisa mendorong mereka untuk melakukan pembelian
produk
yang ditawarkan.
Sumber:
http://irwointerparent.blogspot.com/
http://roykesiahainenia.i8.com/materi_sospol/materi_6.html
http://ameliaarletha.blogspot.com/2011/12/tugas-ke-3-perlaku-konsumen.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar